“ Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. “
( Qs : Ali-Imran : 110 )
Umat yang mampu untuk memimpin dunia ini adalah umat islam, karena umat islam merupakan umat yang sudah fitrahnya menjadi rahmatan lil ’alamin. Bila kita ingin mencoba melirik ke belakang beberapa abad yang lalu, umat islam sudah memiliki peradaban yang sampai saat ini masih diakui seantero jagad raya. Peradaban islam mampu mengalahkan peradaban yang sudah lebih dahulu ada yaitu diantaranya : peradaban romawi, peradaban yunani, peradaban cina , peradaban mesir, dan lain sebagainya. Berdasarkan ayat diatas memang sudah sepantasnyalah umat yang memegang peradaban dunia adalah umat islam karena sudah ditakdirkan oleh Allah swt bahwa umat yang terbaik yang pernah diciptakan di bumi ini adalah umat islam.
Peradaban islam mulai menampakkan kejayaannya ketika Rasulullah saw diutus sebagai nabi terakhir memimpin umat ini, menyebarkan dan menda’wahkan islam di jazirah arab pada mulanya. Tantangan terbesar yang dihadapi oleh rasulullah saw adalah mengubah suatu kaum yang teramat jahiliyyah menjadi kaum yang dipenuhi oleh cahaya dan rahmat Allah swt. Rasulullah saw selama 13 tahun berda’wah di Mekkah dengan fokus kepada perbaikan aqidah yaitu menitikberatkan bahwa Tuhan yang patutu disembah adalah Allah swt, kemudian hijrah ke Madinah selama 10 tahun berfokus kepada pemantapan muamalah sampai terbentuknya daulah islamiyah. Peradaban islam akhirnya berdiri tegak ketika terjadi peristiwa monumental Fathu Makkah. Setelah umat islam futuh di jazirah arab, barulah Rasulullah saw memimpin ekspansi da’wah ke seluruh penjuru dunia dengan tujuan untuk menyebarkan da’wah ke seluruh penjuru dunia.
Peradaban islam tidak berhenti menunjukkan keperkasaannya setelah Rasulullah saw wafat pada umur 63 tahun. Saat itu pemimpin peradaban islam dipegang oleh Khulafaur Rasyidin. Pada zaman sahabat ini justru wilayah kekuasaan umat islam bertambah besar hampir mencapai dua pertiga dunia, hal ini dapat dilakukan karena para sahabat adalah orang-orang yang langsung di tarbiyah oleh rasulullah sehingga keberkahan dunia yangAllah swt berikan tetap berpihak kepada mereka. Setelah zaman Khulafaur Rasyidin, peradaban islam dipegang oleh para tabi’it tabi’iin. Yang pada akhirnya peradaban islam ini mengalami goncangan yang sangat dahsyat ketika kekhalifahan Turki Utsmani runtuh. Ketika peristiwa ini terjadi, peradaban islam seakan-akan tidak memiliki lagi payung berlindung bagi seluruh umat islam di dunia. Akan tetapi, peradaban islam tidak akan mati karena Allah sendiri lah yang akan menjaga agama ini.
Peristiwa runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani merupakan peristiwa yang sangat menarik untuk dikaji secara mendalam. Kepemimpinan yang sudah lama berdiri bisa jatuh sedemikian rupa hanya karena sebuah konspirasi golongan yang menjadi musuh islam saat itu dan bahkan sampai hari ini. Pertanyaannya terbesarnya adalah apa yang terjadi di kalangan umat islam sehingga kekalahan waktu itu bisa teradi? Saya sangat yakin faktor utamanya berasal dari permasalahan internal kaum muslimin bukan dari faktor eksternal musuh umat islam yang brilian.
Inilah tantangan terbesar umat islam sekarang, mampukah kita kaum muslimin keluar dari masalah ini. Kalau boleh mengutip beberapa perkataan para ulama saat itu, masalahnya adalah kaum muslimin saat itu sudah terlena oleh kenikmatan dunia yang telah Allah berikan untuk umat ini, karena waktu itu keberlimpahan harta yang dimiliki kaum muslimin taiada taranya. Kemudian yang berikutnya adalah maraknya perang saudara yang sebagian besar terjadi hanya karena berebut kekuasaan. Sebenarnya hal-hal yang seperti ini sudah pernah terjadi di zaman rasulullah saw dan para sahabat, namun keimanan mereka kepada Allah swt mampu mengalahkan itu semua. Yang terpenting hasil analisisnya adalah jauhnya umat islam terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah, padahal inilah pesan rasulullah saw ketika dipenghujung usianya. Beliau berpesan jika kalian umat islam ingin selamat maka berpegang teguhlah kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah dan rasul-Nya telah memberi isyarat kepada umat ini bahwa setiap seratus tahunnya akan ada para Mujaddid atau pemebharu-pembaharu bagi agama ini. Namun diluar konteks itu mampukah umat islam sekarang ini keluar atau bahkan menjawab tantangan yang ada sehingga kegemilangan dinnullah ini bisa kembali kita rebut. Mungkin kedepannya kita harus bisa menjawab permasalahan bahwa umat ini harus punya pemimpin dan suri tauladan yang mulia yang mampu menggerakkan semua elemen umat ini mencapai kapasitas dan kehebatan terbesarnya
Point kepemimpinan ini harus segera bisa tersolusikan karena sampai saat ini umat islam dimanapaun ia berada kebanyakan bergerak masing-masing, padahal ketika memilih bergerak nafsi-nafsi maka kekuatan yang kita miliki sungguh amat terbatas. Ditambah lagi maraknya aliran-aliran yang mengatasnamakan dirinya adalah bagian dari umat islam, oknum-oknum yang seperti inilah yang seharusnya tidak boleh ada didalam tubuh umat islam sekarang jika ingin secepatnya bangkit.
Kemudian satu hal yang juga penting adalah kemampuan yang dimiliki bangsa-bangsa maupun negara-negara islam sebaiknya berpikir untuk menyatukan kemampuan-kemampuan itu sehingga lubang-lubang kelemahan kaum muslimin bisa tertutupi. Jangan pernah terkungkung oleh pemikiran untuk menjadi kaum yang terhebat secara pribadi tetapi saudara-saudaranya seaqidah hancur dianiaya oleh bangsa kafir. Sudah saatnya umat muslim bangkit kembali memimpin umat manusia di seluruh alam ini sehingga ketentraman, keadilan, dan kesejahteraan umat manusia benar-benar bisa tercapai bukan lagi sebagai isapan jempol belaka.
Ketika ada salah satu bagian dari elemen umat islam di dunia ini mencapai suatu keberhasilan maka tugas dari elemen yang lain adalah memberikan tanda penyemangat lebih agar kemudahan yang Allah swt berikan itu mampu digunakan untuk membangun kembali peradaban islam bukan malah mencari-cari jalan agar keberhasilan yang dicapai saudaranya itu cepat-cepat lenyap. Padahal rasulullah saw sendiri dan para sahabatnya mencontohkan betul bagaimana seharusnya rasa kepemilikan terhadap saudaranya dan terhadap jama’ahnya dimiliki oleh semua komponen kaum muslimin.
Jika semua permasalahan dan tantangan tersebut diatas mampu disolusikan secara cepat dan tepat oleh kaum muslimin, maka kebangkitan kembali perdaban dan kejayaan kaum muslimin hanya tinggal menunggu waktu terwujudnya saja. Keoptimisan orang-orang yang beriman akan benar-benar menjadi sesuatu kekuatan yang amat besar jika ikhtiar kita kaum muslimin untuk mencapainya maksimal karena sudah tidak perlu diragukan lagi rahmat dan keridhoan Allah swt akan selalu menyertai orang-orang yang berusaha untuk menegakkan agamanya.
Semangat tahun baru hijriyah ini seharusnya mampu dijadikan sebagai momentum dahsyat perbaikan umat islam merebut kembali peradabannnya yang sengaja Allah persiapkan untuk orang-orang yang bersunguh-sunguh membela agamanya. Rasulullah saw pernah meriwayatkan bahwa peradaban umat islam akan mengalami lima fase keberjalanan. Pertama adalah fase kenabian, kemudian yang kedua adalah fase khulafaur rasyidin, ketiga adalah fase tabi’it-tabi’iin, keempat adalah fase kegelapan yang mungklin saat ini sedang kita rasakan, dan yang terakhir adalah mas kejayaan kembali umat islam menegakkkan peradaban ilahiyahnya yang walaupun hal itu terjadi mendekati tanda-tanda hari akhir.
Kita dikasih pilihan oleh Allah swt, menjadi kaum yang menunggu datangnya kembali kejayaan itu dan menjadi kaum yang tergantikan atau menjadi jundullah yang siap menjemput kegemilangan kembali kemenangan kaum muslimin memimpin perdaban di muka bumi. Pilhan ada pada kita sendiri dan yang berhak sepenuhnya memilih adalah pribadi masing-masing kaum muslimin, ingin hidup mulia atau syahid sebagai syuhada. ALLOHU AKBAR!!!
betul tuh Nus 🙂